Pesantren Baitul Burhan Purnama Belum Tersentuh Pemerintah.

Pemerintahan

 

KARAWANG.(MSS),-Perhatian pemerintah terhadap pondok pesantren (Ponpes)  nampaknya masih belum optimal. 

padahal keberadaan pondok pesantren cukup memberikan andil besar terhadap dunia pendidikan di Negri ini. Seperti pondok pesantren Baitul Burhan Purnama yang berada di Dusun Bojongsari Rt 02/02, Desa Bojongsari, Kecamatan Tirtamulya, satu-satunya pensantren di Desa Bojongsari itu kondisinya cukup memprihatinkan.

Pembangunan pesantren yang dimulai tahun 2011 dan peletakan batu pertamanya dilakukan oleh H.Ade Swara itu sampai saat ini masih belum rampung. Pembangunannya terhenti karena minimnya anggaran maupun dermawan yang memperhatikan pondok pesantren tersebut.

“Kerangka bangunan yang sudah berdiri berukuran 8 m X 20 m ada 5 lokal. Kalau yang sudah dipergunakan ukuran 10 X 9 dan untuk rumah pengajar plus kantor serta Mushola berukuran 14 X 14 M2,” jelas H. Muhammad Jalaludin Badruzaman, pimpinan pesantren.

Kendati kondisi pembangunannya tergolong lamban, tetapi sebagai pimpinan pesantren dan sebagai kyai di Desa tersebut, cukup menyerahkan semuanya kepada Allah SWT. Bahkan secara pribadi dia mengaku tidak akan keliling-keliling untuk mencari bantuan.”Ini merupakan amanat guru, saya tidak boleh keling-keliling untuk cari bantuan. Serahkan saja kepada yang lain,” ujarnya.

Dia juga berpesan kepada msyarakat agar menjalankan kehidupan sesuai aturan agama. Atau dalam istilah bahasa sunda yang disa sampaikan adalah “Ngalengkah sing bener, Ngajina sing anggeus”.”Alhamdulillah santrinya dari lingkungan saja sudah 70 orang. Pengajiannya kitab kuning dan al-qur’ano,” ujarnya.

Sebenarnya, dia berasal dari Rajagaluh Majalengka, bahkan kyai yang terlihat sangat tasawuf itu memiliki latar belakang pendidikan yang sangat mengesankan. Masa kecil sampai kemudian mukim di Tirtamulya itu disibukan untuk menuntut ilmu.

Mulai dari pesantren di Ciamis, di Kempek Cirebon, di Yogya, Lirboyo, Tasik bahkan sampai ke  Mesir pada tahun 1992 sampai 1995. Sedangkan pindah ke Tirtamulya tahun 2011 dan mulai mengembangkan pengetahuan keagamaannya di tahun 2013. “Jadi kesini memang benar-benar hijrah. Karena saya bukan dilahirkan dikampung ini,” ujarnya. 

Salah satu Jamaah pengajian, Kasmin, berharap pembangunan pesantren tersebut bisa segera dilanjutkan, dan para dermawan bisa berdatangan untuk memberikan bantuan. “Karena ini perupakan tempat untuk memberikan pendidikan keagamaan bagi warga. Terutama anak-anak, remaja dan pemuda. Karena pengaruh keburukan diluar sana sangat tinggi,” pungkasnya. (yos).

 

Tinggalkan Balasan