Warga Situdam Buru Ikan Yang Keracunan Limbah

Jabar

 

KARAWANG.(MSS,-Banyaknya ikan yang terapung di permukaan sungai Sungapan, sontak membuat warga disekitar, begegas menyiapkan peralatan alat penangkap ikan seadanya milik masing- masing untuk mengambil ikan yang menurut warga setempat mengatakan bahwa ikan- ikan tesebut diduga akibat keracunan limbah industri.  Hal tersebut terjadi sejak hari selasa sore (20/12) hingga hari  Rabu siang warga masih banyak yang menambil ikan di sungai sungapan tersebut.

Pantauan “MSS” menyebutkan, sungai sungapan yang sumber airnya dari Sungai Cilamaya dan Sungai Ciherang melalui Bendung Brugbug yang letaknya berada di perbatasan antara Desa Barugbug dengan Desa Situdam Kecamatan Jatisari, sedangkan sungai Cilamaya hulu sungainya berada di wilayah Kabupaten Purwakarta.

Menurut Iping, warga Kampung Sungapan Rt 04/02 Desa Situdam, bahwa jika hujan tidak turun selama tiga hari atau seminggu padasaat musim hujan, maka ikan disungai ini banyak yang mati, menurutnya hal ini terjadi diduga akibat keracunan limbah industri yang berada di hulu sungai, dia juga menambahkan bahwa hal seperti ini sering terjadi.

“Jika musim hujan, lalu tiga hari tidak turun hujan maka ikan disungai sungapan ini pada mabuk, mungkin karena keracunan limbah industri yah, terbukti selain airnya mengeluarkan banyak buih juga mengeluarkan bau tak sedap, bahkan kalau musim kemarau, selain airnya bau, warnanya juga menjadi hitam pekat, hal ini sudah puluhan tahun terjadi, tapi pemerintah selama ini tidak peduli  dengan keadaan seperti ini, padahal sangat mengganggu lingkungan dan pencemaran air dan udara, hingga merusak ekosistem kehidupan dihabitatnya.” Ujar Iping sambil menunggui anco (Alat penangkap ikan) disungai di sungai Sungapan.

Ditempat terpisah, Sunarya(45)warga Rt 07/03, kampung Sukasari Desa Situdam, menyampaikan bahwa, sudah bukan hal yang baru jika air yang berada bendung Barugbug menebar bau busuk yang harus dirasakan oleh warga Desa Situdam Kecamatan Jatisari yang rumah tinggalnya berada disepanjang lintasan sungai Cilamaya, sedangkan hulu sungainya di wilayah Kabupaten Purwakarta yang  berbatasan dengan Kabupaten Subang.

Ironisnya kondisi tersebut hingga saat ini masih tetap, upaya yang dilakukan dinas BPLH Karawang dinilai hanya isapan jempol belaka, terbukti hingga saat ini jika dibulan Agustus hingga bulan Januari sungai tersebut selalu mengeluarkan bau busuk yang tak sedap dan dinilai merupakan pencemaran udara, diakuinya jika ada turun hujan memang air yang menebar bau tersebut terdorong oleh arus sungai. Hingga aroma bau tersebut hilang.

“Sejak banyak berdiri pabrik – pabrik yang diduga dengan sengaja membuang limbahnya kesungai Cilamaya, maka kondisi sungai ini menjadi bau bahkan warna airnya menjadi hitam, padahal sebelumnya sungai ini bisa digunakan untuk MCK dan biasa dimanfaatkan warga untuk mencari ikan sebai tambahan lauk pauk untuk dikonsumsi warga sekitar, dengan kondisi air yang menebar bau, hal tersebut terjadi sejak belasan tahun belakangan ini,” ungkapnya.

Selanjutnya Sunarya juga mengaku bahwa sejak empat tahun belakangan ini, warga disini tidak pernah menerima konpensasi dari PT. Sanfu, atau Fapertex yangberadadi Purwakarta, padahal biasanya dua kali dalam setahun perusahaan tersebut mengeluarkan konpensasi kepada warga disini. Sebesar Rp 1.500 ribu dalam setiap tahunnya. Diakuinya bahwa puncak pembuangan limbah dari sejak bulan Agustus hingga bulan Desember disetiap tahunnya.

“ Berdasarkan pengalaman saya beberapa tahun lalu,warga disini selalu menerima dana konpensasi dari perusahaan Sanfu walaupun nilainya hanya satu juta setengah, tapi sejak ada pergantian pe rsonalia, konpensasi tersebut tidak ada lagi tanpa alasan yang jelas, bagi kami walaupun dana tersebut dihapuskan oleh perusahaan tersebut, yang lebih penting adalah pihak perusahaan tersebut menyiapkan bak penampungan untuk menetralisir limbahnya, hingga tidak merusak ekosistem kehidupan di sungai ini, dan tidak mencemari udara yang mengganggu warga.” Jelasnya tegas.”       

Dikatakannya bahwa, warga di kampung ini berharap agar pihak pemerintah melalui BPLH serius mengusut persoalan ini,  hingga air sungai Cilamanya bisa kembali digunakan MCK dan alami tidak terkontaminasi oleh limbah pabrik yang hanya memikirkan kepentingan perusahaan saja dengan m

 

KARAWANG.(MSS,-Banyaknya ikan yang terapung di permukaan sungai Sungapan, sontak membuat warga disekitar, begegas menyiapkan peralatan alat penangkap ikan seadanya milik masing- masing untuk mengambil ikan yang menurut warga setempat mengatakan bahwa ikan- ikan tesebut diduga akibat keracunan limbah industri.  Hal tersebut terjadi sejak hari selasa sore (20/12) hingga hari  Rabu siang warga masih banyak yang menambil ikan di sungai sungapan tersebut.

Pantauan “MSS” menyebutkan, sungai sungapan yang sumber airnya dari Sungai Cilamaya dan Sungai Ciherang melalui Bendung Brugbug yang letaknya berada di perbatasan antara Desa Barugbug dengan Desa Situdam Kecamatan Jatisari, sedangkan sungai Cilamaya hulu sungainya berada di wilayah Kabupaten Purwakarta.

Menurut Iping, warga Kampung Sungapan Rt 04/02 Desa Situdam, bahwa jika hujan tidak turun selama tiga hari atau seminggu padasaat musim hujan, maka ikan disungai ini banyak yang mati, menurutnya hal ini terjadi diduga akibat keracunan limbah industri yang berada di hulu sungai, dia juga menambahkan bahwa hal seperti ini sering terjadi.

“Jika musim hujan, lalu tiga hari tidak turun hujan maka ikan disungai sungapan ini pada mabuk, mungkin karena keracunan limbah industri yah, terbukti selain airnya mengeluarkan banyak buih juga mengeluarkan bau tak sedap, bahkan kalau musim kemarau, selain airnya bau, warnanya juga menjadi hitam pekat, hal ini sudah puluhan tahun terjadi, tapi pemerintah selama ini tidak peduli  dengan keadaan seperti ini, padahal sangat mengganggu lingkungan dan pencemaran air dan udara, hingga merusak ekosistem kehidupan dihabitatnya.” Ujar Iping sambil menunggui anco (Alat penangkap ikan) disungai di sungai Sungapan.

Ditempat terpisah, Sunarya(45)warga Rt 07/03, kampung Sukasari Desa Situdam, menyampaikan bahwa, sudah bukan hal yang baru jika air yang berada bendung Barugbug menebar bau busuk yang harus dirasakan oleh warga Desa Situdam Kecamatan Jatisari yang rumah tinggalnya berada disepanjang lintasan sungai Cilamaya, sedangkan hulu sungainya di wilayah Kabupaten Purwakarta yang  berbatasan dengan Kabupaten Subang.

Ironisnya kondisi tersebut hingga saat ini masih tetap, upaya yang dilakukan dinas BPLH Karawang dinilai hanya isapan jempol belaka, terbukti hingga saat ini jika dibulan Agustus hingga bulan Januari sungai tersebut selalu mengeluarkan bau busuk yang tak sedap dan dinilai merupakan pencemaran udara, diakuinya jika ada turun hujan memang air yang menebar bau tersebut terdorong oleh arus sungai. Hingga aroma bau tersebut hilang.

“Sejak banyak berdiri pabrik – pabrik yang diduga dengan sengaja membuang limbahnya kesungai Cilamaya, maka kondisi sungai ini menjadi bau bahkan warna airnya menjadi hitam, padahal sebelumnya sungai ini bisa digunakan untuk MCK dan biasa dimanfaatkan warga untuk mencari ikan sebai tambahan lauk pauk untuk dikonsumsi warga sekitar, dengan kondisi air yang menebar bau, hal tersebut terjadi sejak belasan tahun belakangan ini,” ungkapnya.

Selanjutnya Sunarya juga mengaku bahwa sejak empat tahun belakangan ini, warga disini tidak pernah menerima konpensasi dari PT. Sanfu, atau Fapertex yangberadadi Purwakarta, padahal biasanya dua kali dalam setahun perusahaan tersebut mengeluarkan konpensasi kepada warga disini. Sebesar Rp 1.500 ribu dalam setiap tahunnya. Diakuinya bahwa puncak pembuangan limbah dari sejak bulan Agustus hingga bulan Desember disetiap tahunnya.

“ Berdasarkan pengalaman saya beberapa tahun lalu,warga disini selalu menerima dana konpensasi dari perusahaan Sanfu walaupun nilainya hanya satu juta setengah, tapi sejak ada pergantian pe rsonalia, konpensasi tersebut tidak ada lagi tanpa alasan yang jelas, bagi kami walaupun dana tersebut dihapuskan oleh perusahaan tersebut, yang lebih penting adalah pihak perusahaan tersebut menyiapkan bak penampungan untuk menetralisir limbahnya, hingga tidak merusak ekosistem kehidupan di sungai ini, dan tidak mencemari udara yang mengganggu warga.” Jelasnya tegas.”       

Dikatakannya bahwa, warga di kampung ini berharap agar pihak pemerintah melalui BPLH serius mengusut persoalan ini,  hingga air sungai Cilamanya bisa kembali digunakan MCK dan alami tidak terkontaminasi oleh limbah pabrik yang hanya memikirkan kepentingan perusahaan saja dengan mengabaikan keasrian lingkungan hidup.

“ Saya sebagai warga hanya berharap agar pihak BPLH, bisa menyelesaikan persoalan ini, hingga warga tidak dirugikan walau tidak  secara langsung. Kesabaran warga sudah cukup lama untuk membiarkan hal ini terjadi, namun bukan tidak mungkin kami akan melakukan protes keras atas kenyataan ini,” pungkasnya tegas. (yos).

   

 

 

engabaikan keasrian lingkungan hidup.

“ Saya sebagai warga hanya berharap agar pihak BPLH, bisa menyelesaikan persoalan ini, hingga warga tidak dirugikan walau tidak  secara langsung. Kesabaran warga sudah cukup lama untuk membiarkan hal ini terjadi, namun bukan tidak mungkin kami akan melakukan protes keras atas kenyataan ini,” pungkasnya tegas. (yos).

   

 

 

Tinggalkan Balasan