KARAWANG.(MSS),-Langka dan sulitnya gas Elpigi 3 kg (si melon) yang terjadi di daerah pantura Kab.Karawang dan Kab.Subang membuat resah warga. Pasalnya, kondisi tersebut sudah berlangsungsekitar satu bulan.
Keteranga yang diperoleh “MSS” Rabu (2/11) menyebutkan, sulitnya warga untuk membeli Gas Elpigi 3kg di wilayah kecamatan Jatisari Kab.Karawang, membuat para Kepala Desa se-Kecamatan Jatisari cukup prihatin, setelah melihat warga di desanya mengalami kesulitan untuk mendapatkan bahan bakar elpigi simelon, padahal hanya untuk kebutuhan keluarga.
Kesulitan warga untuk mendapatkan gas simelon ini, membuat para kepala desa menyampaikan beberapa penafsiran dan dugaan, seperti disampaikan Iwan Kurniawan Kepala Desa Situdam, menurutnya kondisi seperti ini bisa saja akibat kenakalan pihak pangkalan yang menjual sebagian gas melon kepada pengecer dengan harga diatas HET, bahkan diperparah menjual keluar daerah, hingga warga setempat akan selalu kehabisan gas simelon.
“Saya melihat dalam beberapa minggu belakangan ini, warga di desa ini selalu kesulitan untuk mendapatkan simelon, tentunya hal ini membuat kami prihatin, dalam kondisi masyarakat kesulitan untuk mendapatkan simelon, ternyata ada pihak pangkalan yang diduga memanfaatkan situasi seperti ini. dengan menjual simelon lebih banyak ke pengecer atau warung lebih banyak dengan harga diatas HET” tuturnya.
Dikatakannya,di desanya tidak ada pangkalan Migas, sedangkan pangkalan yang sekarang berada di desanya itu milik Apud warga Desa Barugbug dan izin usahanya juga dikeluarkan dari desa itu, makanya, tambah dia, dari pangkalan tersebut pendistribusiansimelon lebih banyak ke desa Barugbug, sedangkan untuk warga desa situdam jika mau membeli simelon ke pangkalan itu, persyaratannya harus menyerahkan poto copy KTP.
“Ada pengaduan masyarakat kepada saya bahwa, jika warga situdam mau membeli simelon harus menyerahkan poto copy katepe, padahal hanya untuk membeli satu tabung gas simelon saja, tapi setelah menyerahkan peryaratan yang diminta pihak pangkalan, tetap pembeli itu tidak mendapatkan gas simelon itu, sungguh kejadian ini membuat kami sangat prihatin, karenanya saya minta kepada pemerintah untuk bisa secepatnya mengatasi situasi seperti ini, warga sangat berharap agar untuk mendapatkan simelon dengan mudah didapat.” Ujarnya.
Hal senada juga disampaikan Kepala Desa Cirejag Dadang Supriatna, menurutnya kelangkaan gas 3 kg ditengah masyarakat telah membuat keresahan. Pasalnya, gas melon sudah menjadi kebutuhan setiap hari para warga untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan. Sebaiknya dalam menjual simelon itu harus tepat sasaran, jangan sampai simelon digunakan untuk pedagang atau pemilik rumah makan yang penggunaannya lebih banyak, akibatnya kebutuhan simelon diatas kuota, dan yang mendapat kesulitan itu kebutuhan rumah tangga.
“Agar tidak terjadi kesulitan untuk mendapatkan gas simelon ditengah masyarakat maka pemerintah sebagai pengawas perlu melakukan operasi pasar, pihak pemerintahan Kabupaten diminta serius untuk menangani kebutuhan masyarkat tambahnya. Karena jika tidak segera diatasi terkait kebutuhan gas 3 kg. Maka selamanya masyarakat akan mengalami kesulitan. Saya berharap agar pihak pengkalan tepat sasaran dalam penjualan simelon sesuai peruntukannya, kalau simelon digunakan oleh para pengusaha, tentunya kebutuhan simalon untuk keluarga akan berkurang dong,” tegasnya.
Ditempat terpisah, Usep (45) warga kampung Sungapan desa Situdam, menyampaikan kekecewaannya pada saat hendak membeli simelon di pangkalan gas Barugbug yang ada di desa Situdam, dia mengaku sangat kecewa, padahal hanya untuk satu tabung simelon, dia juga mengaku dimintai poto copy KTP, dalam waktu yang tidak terlalu lama, diapun menyerahkan persyaratan itu, namun hingga simelon habis terjual, dia pun pulang dengan membawa tabung simelon miliknya yang kosong.
“ Saya sangat merasa kecewa atas perlakuan sodara Apud pemilik pangkalan itu, kejadian ini bukan hanya dialami oleh saya, mungkin warga lainnya juga mengalami nasib yang sama, saya melihat saat itu ada pemotor yang membawa puluhan tabung simelon dari pangkalan tersebut, namun saya tidak tahu untuk dibawa kemana. “ terangnya.
Menyikapi hal tersebut, Camat Jatisari,Hj. Yusi Rusliani,SE.MM menyampaikan, terjadinya kesulitan gas dibeberapa desa di Kecamatan Jatisari sangat disesalkan. Untuk itu dirinya sepakat jika dilakukan operasi pasar. “Saya sepakat dilakukan operasi pasar,kemudian pendistribusiannya libatkan pemerintahan desa. Supaya datanya yang dibutuhkan akurat. Sebab gas 3 kg itu disubsidi untuk masyasrakat tidak mampu. Bukan untuk kalangan pengusaha kecil”pungasnya singkat.
Kelangkaan gas elpigi 3 kg juga terjadi di pantura subang malah sudah berlangsung sekitar satu bulan. Warga mencari bahan bakar tersebut hingga berkeliling. “Gas elpigi sekarang sulit didapat, saya harus mencari kesana-kemari untuk mendapatkannya,”ujar salah seorang ibu rumah tangga, Wati.
Hal sama juga diungkapkan wargalainnya, malahan warga merasakan gas elpigi yag sekarang digunakan tidak bertahan lama, paling lama satu minggu itupun hanya untuk kebutuhan measak saja. “Kami minta kepada pihak terkait untuk meninjau SPBE yang ada di pantura subang karena diduga isinya tidak sesuai ,”jelas Idin.(yos/AM).