KARAWANG.(MSS),-Dalam rangka upaya peningkatan kelembagaan penyuluhan tingkat Kecamatan dan peningkatan kelembagaan tani untuk Program Padi Jagung Kedelai (Pajale), BP3K Kecamatan Jatisari gelar acara Rembug Tani. Peserta yang hadir dalam kesempatan itu para kelompok tani yang tergabung dalam beberapa Gapoktan, kegiatan tersebut diselenggarakan di ruang Aula Kantor BP3K di Desa Telarsari Kecamatan Jatisari.
Menurut, Kepala BP3K setempat Samsudin, kegiatan Rembuk Tani ini sasarannya bukan hanya untuk peningkatan kapasitas kelembagaan petani saja, tapi termasuk peningkatan kapasitas penyuluh swadaya, hingga nantinya akan menumbuh kembangkan kelembagaan ekonomi petani. Namun demikian, tambah dia, untuk berhasilnya program ini, selain butuh Lokasi Lahan BP3K/Petani, juga harus dilakuan pembekalan materi Teknologi Spesifik Lokasidan Waktu sesuai jadwal tanam untuk percontohan.
“Acara Rembuk Tani ini memang perlu di lakukan di tiap daerah, karena untuk meningkatkan dan penguatan kelembagaan tani, untuk memperjelas Fungsi dan Peran Kelembagaan Petani yang berbadan hukum, selanjutnya kelembagaan ini harus menyiapkan Busines Plant (Perencanaan Usaha), yang tak kalah pentingnya adalah, pemasaran, kerjasamaatau kemitraan dan yang terakhir baru bicara soal permodalan.”terangnya, Kamis (04/08) disela acara.
Disinggung terkait keterlambatan program percepatan pola tanam, dia mengaku untuk di wilayah Kecamatan Jatisari hal itu tidak terjadi, dia mengaku sejak akhir Mei lalu, area pertanian sudah 100 persen ditanami, bahkan untuk desa Kalijati minggu ini sudah ada yang bisa panen, mungkin itu terjadi di daerah lain.
“Untuk wilayah Kecamatan Jatisari, saya rasa tidak ada yang terlambat tanam, bahkan untuk daerah Desa Kalijati, minggu ini sudah ada yang memanen padinya, memang ada yang terlambat tapi itu bukan lambat menanam, tapi akibat salah memberikan pestisida, hingga harus dilakukann tanam ulang, itupun hanya sekitar 1,5 hektar saja,” terangnya.
Dijelaskannya, para petani banyak yang tergiur menanam padi varietas ketan, karena harga jualnya lebih mahal berdasarkan pengalaman pada musim panen lalu, dia menyarankan kepada para petani, jika para petani kebanyakan menanam varietas ketan yang orientasinya ke harga jual, maka harga tersebut akan berubah turun jika produksi melimpah.
“Para petani untukmusim tanam sekarang, tak sedikit menanam varietas ketan, dengan alasan harga jual gabahnya lebih tinggi jika dibanding harga gabah parietas Ciherang, Mekongga atau paritas Muncul, namun jika produksi ketan melimpah maka harga jualnya akan menurun,iu sudah hukum pasar, selain itu masyarakat kebanyakan mengkonsumsi nasi dari beras biasa, sedangkan ketan hanya unuk sekedar bahan penganan tambahan, dan buan kebutuhan sehari hari.”punkasnya.(yos).