SUBANG.(MSS),- Banyak faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan bunuh diri, dari penyakit yang tak kunjung sembuh, ekonomi dan yang lainnya.
Seseorang melakukan bunuh diri karena sudah tak sanggup menahan penderitaan yang dialaminya dan ingin segera keluar dari penderitaannya yaitu dengan cara gantung diri seperti yang terjadi di Kampung Cimalingping Desa Sindangsari Kec. Kasomalang.
Korban UK (54) diketemukan tergantung di bawah atap rumah dengan keadaan sudah tidak bernyawa dengan menggunakan tali tambang.
Aparat kepolisian Polsek Jalancagak Kompol Acep Hasbullah dan jajarannya dan Inafis dari Polres Subang, Iptu Asep Nugraha didampingi Dokter dari puskesmas Jalancagak dr. Yudha Eka Prayogo, setelah menjalani pemeriksaan medis korban UK meninggal karena bunuh diri.
Lalu bagaimana bunuh diri menurut pandangan Islam, wartawan “MSS” menghubungi salah seorang ulama tentang hal ini dan inilah petikannya.
Bunuh diri adalah perbuatan melukai diri sendiri dengan maksud mengakhiri hidupnya.
“Allah menciptakan kamu, kemudian mewafatkan kamu dan di antara kamu ada yang dapat dikembalikan kepada yang paling lemah (pikun) teringat dia tidak melihat lagi sesuatu yang pernah diketahuinya. (QS. an-Nahal: 70).
Kematian suatu saat pasti datang entah itu di masa kanak-kanak, muda atau lanjut usia, hidup dan mati di tangan Allah yang diciptakan untuk menguji iman, amalan dan ketaatan manusia terhadap Tuhan.
Islam sangat memperhatikan keselamatan hidup dan kehidupan manusia sejak ia berada di dalam rahim ibunya sampai sepanjang hidupnya.
Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah maha penyayang kepadamu, barangsiapa kesalahan demikian dengan hak aniaya, maka Kami kelak akan memasukannya ke dalam neraka yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (QS. an-Nisa: 29-30).
” Bunuh diri dilarang keras oleh Islam dengan alasan apapun, keliru kalau ada anggapan bahwa dengan jalan bunuh diri segala masalah dapat selesai dan berakhir. Padahal yang sesungguhnya azab penderitaan yang lebih berat telah menyongsong di akhirat kelak”.
M. Arief Mulyadi SHi (penyuluh agama Islam Kemenag Kab. Subang). (eddy muteh)